Wednesday, November 10, 2010

STUDI KELAYAKAN BISNIS


Pendefinisian Studi Kelayakan Bisnis

Pengertian Investasi
Menurut William F. Sharfe, investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan datang. Maksudnya ialah dengan mengorbankan uang/dollar dalam arti menanamkan sejumlah dana (uang) dalam suatu usaha saat sekarang dengan mengharapkan pengembalian investasi disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan dating (dalam waktu tertentu).

Jenis-jenis Investasi
Investasi Nyata (real investment) : ialah investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin
Investasi Finansial (financial investment) : ialah investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito

Pengertian Proyek
Secara umum proyek adalah kegiatan yang melibatkan berbagai sumber daya yang terhimpun dalam suatu wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk mencapai sasaran tertentu.

Kegiatan Proyek
Kegiatan proyek biasanya dilakukan dalam bidang:
Pembangunan fasilitas baru kegiatan yang benar-benar baru untuk penambahan usaha baru.
Perbaikan fasilitas yang sudah ada merupakan kelanjutan dari usaha sebelumnya dengan adanya perbaikan yang diinginkan.
Penelitian dan pengembangan mengadakan penelitian terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat dan mengembangkannya dengan tujuan yang diharapkan.

Sebab Timbulnya Proyek
Adanya Permintaan Pasar adanya kebutuhan dari masyarakat yang perlu disediakan.
Untuk meningkatkan kualitas produk perlunya meningkatkan mutu produk karena tingginya tingkat persaingan.
Kegiatan pemerintah adanya kehendak pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas suatu produk dan jasa.

Pengertian Bisnis
Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya.Keuntungan merupakan tujuan utama suatu bisnis dalam jangka pendek maupun jangka panjang

Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan
Aspek-aspek Penilaian dalam Studi Kelayakan Bisnis
Penetuan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Ukuran kelayakan tiap proyek berbeda-beda berdasarkan jenis usahanya, namun mengacu pada aspek-aspek yang sama. Untuk melakukan penilaian terhadap aspek-aspek ini, perlu dibentuk suatu team yang terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai bidang keahlian.
Aspek-aspek penilaian tersebut adalah:
Aspek hukum untuk meneliti kelengkapan, kesemperunaan dan keaslian izin-izin dan dokumen-dokumen.
Aspek pasar dan pemasaran meneliti besar pasar dan kemampuan perusahaan menguasainya, serta menilai strateginya.
Aspek keuangan menilai perolehan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan.
Aspek teknis/operasional menentukan lokasi, layout gedung dan uangan serta teknologi yang digunakan.
Aspek manajemen meneliti kesiapan SDM yang menjalani usaha.
Aspek ekonomi dan social menilai manfaat usaha terhadap ekonomi dan social masyarakat.
Aspek dampak lingkungan menilai dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan.

Kegagalan Usaha dan Pencegahannya
Meskipun suatu proyek sudah melalui studi kelayakan bisnis yang sungguh-sungguh, namun resiko kegagalan usaha tetap saja dapat terjadi dikarenakan berbagai alasan.
Faktor-faktor penyebab kegagalan usaha:
Data dan informasi tidak lengkap adanya ketidaklengkapan dan kepalsuan data.
Tidak teliti adanya kecerobohan yang menyebabkan kesalahan.
Salah perhitungan adanya kesalahan saat perhitungan ataupun rumus-rumus yang digunakan.
Pelaksanaan pekerjaan salah adanya pekerja yang tidak mengerjakan proyek berdasarkan pedoman yang ditetapkan.
Kondisi lingkungan adanya unsur0unsur yang tidak dapat dikendalikan.
Unsur sengaja adanya kesalahan yang disengaja oleh peneliti dengan berbagai sebab. Hal ini sangat fatal.
Agar kegagalan usaha dapat dicegah, maka perlu memperhatikan beberapa hal.
Pencegahan kegagalan usaha:
Kelengkapan serta keakuran data dan informasi yang diperoleh
Tenaga ahli yang dimiliki benar-benar tangguh
Penentuan metode dan alat ukur yang tepat
Loyalitas team studi kelayakan bisnis

Manfaat Bisnis
Memperoleh Keuntungan diukur dari nilai uang yang diperoleh dari usaha yang dijalankan.
Membuka Peluang Pekerjaan memberikan pendapatan bagi masyarakat yang bekerja di perusahaan maupun yang tinggal di sekitar lokasi usaha.
Tersedia Sarana dan Prasarana tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat yang ditimbulkan oleh keperluan bisnis tersebut.
Membuka Isolasi Wilayah dengan pembukaan suatu usaha di daerah tertutup, maka akan membuka wilayah tersebut sehingga akses masyarakat menjadi lebih baik.
Meningkatkan Persatuan dan Membantu Pemerataan Pembangunan banyaknya pekerja dari berbagai daerah yang bekerja di suatu usaha akan meningkatkan persatuan dan adanya proyek-proyek di daerah akan menimbulkan pemerataan pembangunan.
Manfaat Ekonomi
Menambah jumlah barang dan jasa menyebabkan masyarakat memiliki banyak pilihan barang dan dapat menyebabkan kecenderungan turunnya harga.
Meningkatkan mutu produk adanya persaingan sehingga harus ada perbaikan mutu produk.
Meningkatkan devisa melalui barang-barang yang bertujuan ekspor.
Menghemat devisa mengurangi impor barang dengan memproduksi barang dalam negeri.
Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Menghindari Resiko Kerugian fungsi dari studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak diinginkan
Memudahkan Perencanaanseperti perencenaan jumlah dana, kapan proyek akan dilaksanakan, dimana akan dibangun, siapa yang akan bangun, dan seberapa besar keuntungan
Memudahkan Pelaksanaan pekerjaanDengan adanya berbagai rencana yang disusun akan memudajkan pelaksanaan bisnis
Memudahkan Pengawasansehingga pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun
Memudahkan Pengendaliansehingga dapat mengendalikan pelaksanaan agar tidak berantakan dan tujuan perusahaan dapat tercapai

Lembaga-Lembaga yang Memerlukan Studi Kelayakan
Pemilik Usahakarena mereka tidak mau dana yang mereka tanamkan mengalami kerugian
Kreditorkarena mereka tidak mau sampai kredit/pinjamannya tidak berjalan secara semestinya
Pemerintah untuk dapat meyakinkan mereka apakah bisnis yang dijalankan memberikan manfaat bagi perekonomian negara
Masyarakat Luasadanya tersediannya lapangan kerja, dibukanya fasilitas umum, dan terbukanya sebuah wilayah dari ketertutupan
Manajemen sebagai ukuran kinerja yang telah dicapai perusahaan dan melihat prestasi kerja manajemen yang menjalankan usaha
Skema Aspek-Aspek Penilaian

Aspek Hukum

Aspek Pasar & Pemasaran

Aspek Keuangan
Aspek Aspek Teknis / Operasi Hasil Studi

Aspek Manajemen 
 
Aspek Sosial / Ekonomi

Aspek AMDAL

Tahap-Tahap Dalam SKB
Pengumpulan Data dan Informasi mengumpulkan data dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif
Melakukan Pengolahan Data pengolahan data dan informasi dengan metode-metode yang lazim digunakan kemudian dicek ulang untuk memastikan kebenarannya
Analisis Datauntuk menentukan kriteria kelayakan untuk bisa digunakan secara umum dari seluruh aspek
Mengambil Keputusanmengambil keputusan terhadap hasil analisa yang dilakukan. Jika layak maka dapat direkomendasikan, jika tidak layak maka sebaiknya dibatalkan
Memberikan Rekomendasimerekomendasikan kepada pihak-pihak yang berwenang. Rekomendasi sebaiknya disertakan saran-saran, perbaikan yang dibutuhkan dan kelengkapan dokumentasi

Sumber-Sumber Data & Informasi
Publikasi Ekonomi dan Bisnis yang diambil dari koran majalah
Publikasi Bank Indonesia,Persatuan Bank-Bank Swasta Nasional (PERBANAS), dan lembaga keuangan lainnya
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pengelola Pasar Modal (Bapepam)
Biro Pusat Statistik (BPS)
Asosiasi Industri dan dagang yang membawahi jenis usaha yang sejenis
Lembaga-lembaga penelitian seperti LIPI ataupun swasta
Departemen Teknis. (mis: jika usaha pertanian maka dari Departemen Pertanian)
Universitas dan Perguruan Tinggi
Sumber-sumber lain yang sah

ASPEK HUKUM

1. Aspek hukum dan
adminstrasi
terkait aspek legal yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk :
a. Perijinan :
i) Izin lokasi :
ii) Izin usaha :
Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan hukum lainnya.
NPWP (nomor pokok wajib pajak)
Surat tanda daftar perusahaan
Surat izin tempat usaha dari pemda setempat
Surat tanda rekanan dari pemda setempat
SIUP setempat
Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan

Aspek pasar dan pemasaran

Di masa lalu sebelum ilmu pemasaran berkembang dan dikenal secara luas seperti sekarang ini, setiap perusahaan berusaha untuk memproduksi produk sebanyak-banyaknya. Dalam kondisi seperti itu, perusahaan tidak lagi peduli akan kondisi permintaan yang ada, sehingga banyak produsen yang mengalami kegagalan dan bahkan terus meruki karena jumlah produksi tidak sesuai dengan jumlah permintaan.
Begitu pentingnya peran pemasaran dalam menentukan kelanjutan usaha suatu perusahaan, sehingga banyak manajemen yang menempatkan posisi pemasaran sebagai ujung tombak usahanya. Penggunaan alat peramalan atas permintaan suatu produk akan sangat tergantung pada jenis data dan tujuan dari penggunaan peramalan tersebut
Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan proyek tersebut. Pada dasarnya, analisis aspek pasar bertujuan antara lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market-share dari produk bersangkutan. Pembahasan aspek-aspek studi kelayakan diawali dengan aspek pasar dan pemasaran. Alasannya mengapa aspek ini diletakkan pada awal pembahasan sistematika studi kelayakan, antara lain:
Produk yang dihasilkan perusahaan harus marketable. Jika tidak, sebaiknya kegiatan analisis studi kelayakan dihentikan.Kecenderungan permintaan atas produk yang akan dihasilkan harus menunjukkan adanya kenaikan. Jika menurun, sebaiknya proses studi kelayakan untuk pendirian dihentikan, kecuali jika tujuan objek studi adalah pengembangan.
Kandungan material produk tidak mengandung unsur yang dilarang negara ataupun agama. Jika ada ditinjau dari aspek hukum, tidak akan direkomendasikan dan harus dihentikan.
Aspek teknis dan kronologis sangat ditentukan oleh hasil rekomendasi aspek pasar, terutama yang berkaitan dengan pemilihan alat dan mesin
Berkaitan dengan adanya peluang pasar untuk suatu produk yang akan di tawarkan oleh suatu proyek tersebut :
Potensi pasar
Jumlah konsumen potensial, konsumen yang mempunyai keinginan atau hasrat untuk membeli.
Tentang perkembangan/pertumbuhan penduduk :
Daya beli, kemampuan konsumen dalam rangka membeli barang mencakup tentang perilaku, kebiasaan, preferensi konsumen, kecenderungan permintaan masa lalu, dll.
Pemasaran, menyangkut tentang starategi yang digunakan untuk meraih sebagian pasar potensial atau pelung pasar atau seberapa besar pengaruh strategi tersebut dalam meraih besarnya market share.

Aspek Keuangan
Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk membuat keputusan keputusan investasi, pendanaan, dan dividen.Keputusan investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan
(a) kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal,
(b) kebijakan modal kerja
(c) kebijakan investasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang lebih luas (merger dan akuisisi) (Damodaran, 1997).
Keputusan pendanaan difokuskan untuk medapatkan usaha optimal dalam rangka mendapatkan dana atau dana tambahan untuk mendukung kebijakan investasi. Sumber danadibagi dalam 2 kategori yakni:
(a) internal yaitu dari laba ditahan (retained earnings)
(b) sumber eksternal yaitu:
1. Dalam bentuk utang yang meliputi penundaan pembayaran utang, pinjaman jangka pendek sebagai tambahan modal kerja, dan pinjaman jangka panjang (obligasi) sebagai dana investasi.
2. Menerbitkan saham, baik dalam bentuk saham perdana (Initial Public Offer/IPO) maupun saham biasa baru sebagai sumber modal investasi dalam rangka ekspansi perusahaan. Masalah utama dalam mengoptimalkan keputusan pendanaan adalah menetapkan struktur modal (utang dan ekuitas) yang optimal sebagai asumsi dasar dalam memutuskan berapa jumlah dana dan bagaimana komposisi jumlah dana pinjaman dan dana sendiri yang ditambahkan untuk mendukung kebijakan investasi sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat tumbuh secara sehat. Di samping itu, komposisi struktur modal harus pula dipertimbangkan hubungan antara perusahaan, kreditur, maupun pemegang saham sehingga tidak terjadi konflik (Saragih,Manurung dan Manurung, 2005).
Keputusan dividen ditentukan dari jumlah keuntungan perusahaan setelah pajak (earning after tax). Oleh karena itu tujuan memaksimumkan keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham (dividen) dengan kendala memaksimumkan laba ditahan untuk diinvestasikan kembali sebagai sumber dana internal, dengan kata lain semakin banyak jumlah laba ditahan berarti semakin sedikit uang yang tersedia bagi pembayaran dividen.

Kebutuhan Dana
Suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh ketersediaan dana yang baik dan mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat memenuhi permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah dan criteria pelanggan dikarenakan bisnis tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses produksinya, maka sudah dapat dipastikan usaha bisnis tersebut akan terancam gagal. Dalam menentukan besarnya dana yang akan diperlukan untuk menjalankan suatu aktivitas bisnis, dibutuhkan suatu peramalan (forecasting) yang baik. Peramalan atau taksiran ini berbeda-beda untuk masing-masing jenis proyek. Pada umumnya, taksiran dana yang dibutuhkan tersebut tergantung pada kompleksitas dari kegiatan pendanaan itu sendiri, misalnya penentuan lokasi bisnis yang bergantung kepada harga tanah. Semakin mahal harga tanah maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut. Di samping itu, terdapat pula faktor-faktor biaya yang akan dikeluarkan selama umur bisnis tersebut.
Menurut Carter dan Usry (2004) biaya adalah: nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfat. Biaya seringkali sinonim dengan beban. Biaya-biaya dapat dibagi dalam kategori (diklasifikasi) menjadi biaya langsung, biaya utama, biaya konversi, biaya tidak langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya terkendali, biaya produk, biaya periode, biaya bersama (joint cost), biaya estimasi, biaya standar, biaya tertanam (sunk cost), dan biaya tunai.
Studi keuangan akan lebih memberikan pendalaman ke arah bagaimana dana akan dialokasikan. Secara umum, pengalokasian dana tersebut dapat dilakukan ke dalam dua bentuk, yaitu untuk aktiva tetap (fixed assets), dan untuk modal kerja (working capital).
1. Alokasi Dana untuk Aktiva Tetap
Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud (tangible assets), dan aktiva tetap tidak berwujud (intangible assets). Aktiva tetap berwujud adalah aktiva yang berwujud yang dapat digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, seperti tanah, gedung perkantoran dan peralatannya, gedung pabrik dan mesin-mesin, serta aktiva tetap lainnya. Aktiva tetap tidak berwujud adalah: aktiva tetap yang tidak berwujud secara fisik yang memiliki umur lebih dari satu tahun seperti hak paten, lisensi, copyright, goodwill, biaya pendahuluan, biaya-biaya pra-operasional, dan lain sebagainya.

2. Alokasi Dana untuk Modal Kerja
Weston & Copeland (1995) mendefinisikan modal kerja adalah investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi beban lancar. Sedangkan Sawir (2005), menyatakan modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari. Secara umum modal kerja dapat diartikan dalam dua bentuk, yaitu: gross working capital dan net working capital. Menurut Van Horne dan Wachowichz (2005) gross working capital adalah: keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan dalam operasi. Sedangkan net working capital menunjukkan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Modal kerja di sini akan diartikan sebagai keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan untuk kegiatan operasional bisnis, di luar dari penggunaan dana untuk aktiva tetap yang tersebut di atas. Estimasi dari modal kerja tergantung kepada rencana produksi dan penjualan dari bisnis tersebut. Semakin besar rencana produksi dan penjualan yang akan dilaksanakan oleh suatu bisnis, maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.

Sumber Pendanaan
Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah suatu bisnis dapat dijalankan atau tidak. Akhirakhir ini, telah banyak berkembang berbagai lembaga keuangan maupun non-keuangan yang telah bersedia untuk mendanai suatu aktivitas bisnis, tentu saja dengan persyaratan tertentu. Sumber dana dari lembaga-lembaga itu sering disebut sebagai modal asing (modal pinjaman). Sumber dana bisa didapat dari (1) modal asing yaitu: sumber dana yang didapatkan dari luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut seperti bank, perusahaan leasing, dan lain sebagainya. Sumber dana dari modal asing biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka panjang, maupun hutang jangka pendek. (2) dari internal perusahaan yang akan melakukan aktivitas bisnis. Sumber dana ini disebut juga sebagai sumber dana modal sendiri. Sumber dana modal sendiri biasanya berwujud modal saham dan laba ditahan.
Masalah yang sebenarnya pada akhirnya akan dibahas di dalam studi aspek keuangan itu sendiri – perihal modal – adalah bagaimana bisnis tersebut akan didanai baik dengan modal sendiri, modal asing, ataupun gabungan keduanya, akan dapat mencapai keuntungan yang ekonomis. Artinya: bagaimana struktur modal tersebut disusun agar dapat meminimumkan biaya modal (cost of capital), sehingga akan optimal penggunaannya. Perhitungan biaya modal penting dilakukan untuk menentukan tingkat keuntungan (cut off rate) yang diharapkan dari suatu aktivitas bisnis. Artinya, suatu aktivitas bisnis akan sangat bergantung kepada biaya modal perusahaan yang didanai oleh modal asing atau modal sendiri atau gabungan keduanya
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pembelanjaan dapat diperoleh dari 2 sumber, di antaranya:
1. Hutang/kredit/modal asing
2. Modal sendiri
Pembelanjaan Hutang Pembelanjaan hutang (debt) sebagai sumber pendanaan akan memiliki risiko (risk) berupa pembayaran bunga (interest) dan pengembaliannya (repayment). Hal ini dikarenakan adanya prinsip the risk–return trade off, yaitu: kecenderungan investor untuk memberikan investasi kepada proyek dengan risiko yang tinggi, dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) akan tinggi pula (Keown dkk., 2001). Artinya: hutang/kredit dapat dipenuhi, apabila tingkat suku bunga terhadap pinjaman tersebut sesuai dengan keinginan kreditor atau investor. Hutang yang digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan dapat dibagi dua, yaitu:
1. Hutang jangka pendek (short term debt)
2. Hutang jangka panjang (long term debt)

Hutang Jangka Pendek
Menurut Warren, Reeve & Fess, (2005), such liabilities that are to be paid out of current assets and are due within a short time, usually one year, are called current liabilities. Artinya: hutang jangka pendek akan dikembalikan dalam tempo waktu kurang dari 1 tahun. Hutang jangka pendek ini hanya dapat digunakan untuk pembiayaan investasi jangka pendek pula, misalnya: pembiayaan aktiva lancar atau modal kerja.
Pendanaan hutang jangka pendek dapat berasal dari:
1. Pinjaman dari lembaga keuangan
Lembaga keuangan biasanya akan memiliki beberapa penilaian tentang layak atau tidaknya suatu bisnis menerima pinjaman investasi. Penilaian tersebut berkenaan dengan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Rencana penggunaan pinjaman perusahaan.
b. Kondisi keuangan bisnis perusahaan.
c. Peramalan tentang industri atau lingkungan di sekitar bisnis perusahaan.
d. Adanya jaminan dari perusahaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman.
Persyaratan-persyaratan tersebut akan menentukan jumlah pinjaman, jangka waktu pinjaman, jaminan terhadap pinjaman, dan tingkat suku bunga pinjaman.
Contoh:
suatu perusahaan membeli bahan baku secara kredit. Bunga dari kredit tersebut sebesar 20%, tingkat pajak penghasilan (tax rate) 30%, maka biaya hutang setelah pajak sebesar: kt = kb (1- t) = 0,20 (1- 0,30) = 0,14 =14%
2. Menerbitkan surat dagang
Surat dagang misal: surat hutang wesel dan surat hutang lainnya dengan tingkat suku bunga yang menarik.
3. Kredit dagang
Kredit dagang adalah surat hutang yang memiliki kekuatan hukum lebih lemah dibandingkan surat dagang.
4. Sumber keuangan lainnya
Misal: pegadaian, masyarakat pemodal (kreditor), dan sebagainya.
Biaya hutang yang ditanggung oleh perusahaan yang menggunakan dana hutang tidak lain adalah sebesar tingkat keuntungan yang telah disyaratkan oleh investor. Pada dasarnya pengunaan hutang jangka panjang (cost of debt) yang biasanya berasal dari obligasi (cost of bond) dapat dihitung dengan cara perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan rumus metode singkat dan metode present value.

Hutang Jangka Panjang
Menurut Warren, Reeve, & Fess (2005), liabilities that will be due for a long time (usually more than one year) are called long-term liabilities. Artinya hutang jangka panjang akan diharapkan dibayarkan kembali dalam kurun waktu lebih dari 1 tahun, misal: obligasi (bonds), hipotik (mortage), dan sebagainya. Hutang jangka panjang dapat digunakan untuk pembiayaan modal kerja ataupun membiayai aktiva tetap.
Banyak perusahaan besar yang umumnya membutuhkan dana yang besar, memilih memperoleh dana dari obligasi, yaitu merupakan surat hutang jangka panjang yang dibeli oleh para investor dari negara. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga obligasi yang relatif lebih rendah dibandingkan pinjaman terhadap lembaga keuangan lainnya.
Ketika sebuah perusahaan berencana akan menerbitkan obligasi, maka perusahaan tersebut akan membuat suatu indent document (dokumen inden). Dokumen inden adalah suatu dokumen resmi yang menerangkan atau menjamin kesanggupan perusahaan untuk membayarkan hutang kepada pemegang obligasi. Dokumen inden memberikan hak kepada perusahaan penerbit obligasi untuk melakukan pembelian kembali obligasi yang telah diterbitkan sebelum jatuh temponya obligasi tersebut.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan pendanaan hutang untuk membelanjai aktivitas usaha suatu bisnis, yaitu:
1. biaya
2. risiko
3. syarat-syarat yang ditetapkan kreditor
4. tingkat inflasi
5. kemampulabaan
6. posisi likuiditas
7. keamanan usaha

Pembelanjaan Modal Sendiri
Pembelanjaan yang akhir-akhir ini umumnya dipakai oleh banyak aktivitas bisnis adalah pembelanjaan modal sendiri. Pembelanjaan modal sendiri disebut juga sebagai pembelanjaan atau pendanaan ekuitas, yang digunakan untuk waktu yang tidak terbatas. Artinya pendanaan tersebut akan digunakan selama perusahaan tersebut berdiri.
Di dalam pendanaan ekuitas, terdapat 2 hal yang penting, yaitu:
1. Laba Ditahan
Perusahaan akan memilih menahan laba daripada mendistribusikannya langsung kepada pemilik untuk memperoleh pendanaan ekuitas, misal untuk tujuan memperluas ekspansi perusahaan. Perusahaan besar biasanya akan menahan sebagian labanya untuk dividen, dan sebagian lagi untuk ditahan. Sementara perusahaan kecil akan menahan sebahagian besar labanya untuk tujuan tertentu.
2. Penerbitan Saham
Pendanaan ekuitas, biasanya akan sering menggunakan saham pada perseroan terbatas sebagai sumber pendanaannya, atau pada persekutuan komanditer (CV) dan firma (Fa) digunakan modal sekutu. Sementara untuk perusahaan perseorangan, pembelanjaan sendirinya menggunakan modal pribadi. Sedangkan untuk PT biasanya menerbitkan saham. Saham adalah sebuah tanda bukti keikutsertaan seseorang atau suatu pihak akan kepemilikan suatu perusahaan atau suatu bisnis. Saham akan diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan pendanaan ekuitas.
Saham yang akan diterbitkan dibagi menjadi dua, yaitu: saham biasa dan saham preferen. Saham biasa adalah sekuritas yang mewakili sebagian kepemilikan dari perusahaan tertentu. Saham memiliki nilai nominal, dan dibukukan berdasarkan pada nilai nominalnya. pemegang saham preferen adalah merupakan partner yang diam karena mereka tidak mempunyai hak suara
dalam menentukan manajemen perusahaan Di dalam perusahaan perseroan terbatas, yang menggunakan pendanaan ekuitas, akan terdapat suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di dalam RUPS tersebut, hanya para pemegang saham biasa yang memiliki suara di dalam mengambil keputusankeputusan perusahaan. Sementara pemegang saham preferen akan
memiliki prioritas utama di dalam penerimaan dividen, apabila sebuah perusahaan tidak membayarkan dividen selama periode tertentu. Dividen adalah balas jasa yang diterima oleh pemegang saham (stock holder’s) berupa bunga dividen atas investasi yang dilakukan oleh mereka. Besarnya dividen yang dibayar, dapat ditentukan berdasarkan per lembar saham atau persentase. Dividen yang diterima oleh para investor, akan ditentukan berdasarkan suatu kebijakan perusahaan di dalam RUPS. Produk kebijakan tersebut disebut juga devidend payout ratio, yang besarnya antara 0–100% dihitung dari pendapatan yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earnings available to common stock holder’s). Saham preferen juga memiliki hak klaim yang utama terhadap aktiva perusahaan bila perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.
Saham diperdagangkan pada pasar modal (capital market).Harga dari saham yang dijual oleh perusahaan (emisi saham) akan menghadapi tiga kemungkinan:
1. Harga pasar (market price) > nilai nominal
Apabila hal ini terjadi, maka proyek dinyatakan surplus. Para pemegang saham yang bebas memperdagangkan sahamnya, akan memperoleh pendapatan modal (capital gain).
2. Harga pasar = nilai nominal
Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi suatu kondisi Break Event Point (BEP). Artinya: para pemegang saham berada pada titik impas.
3. Harga pasar < nilai nominal
Apabila hal ini terjadi, maka proyek dikatakan akan mengalami kerugian atau sering disebut defisit. Sementara para pemegang saham, akan mengalami kerugian modal (capital loss).

Pembelanjaan Campuran
Seperti dijelaskan sebelumnya, di dalam menjalankan usahanya, suatu entitas bisnis diharapkan harus memiliki modalyang cukup untuk melakukan pembiayaan terhadap aktivitasaktivitas bisnisnya dalam rangka pemenuhan atas barang ataupun jasa terhadap kepuasan konsumen. Dari aktivitas pembiayaan tersebut, diharapkan suatu perusahaan mampu menghasilkan laba.
Untuk memenuhi modal yang cukup tersebut, perusahaan akan melakukan kegiatan pencarian modal. Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang atau modal sendiri. Dalam kenyataannya, jumlah kredit atau hutang di dalam kegiatan permodalan suatu perusahaan untuk membelanjai proyek selalu terbatas. Semakin tinggi peranan hutang di dalam pembiayaan aktivitas bisnis suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk mencapai kemampulabaan modal sendiri yang tinggi dari perusahaan tersebut, diikuti semakin tingginya risiko, namun keamanan yang dijamin akan semakin rendah. Sebaliknya, bila peranan modal sendiri yang semakin tinggi, maka risiko yang dihadapi perusahaan akan lebih rendah, sementara keamanan akan lebih tinggi, dan sekaligus pula kemampulabaan akan modal sendiri semakin rendah. Karena faktor-faktor di atas, banyak pimpinan proyek selalu menggunakan pembelanjaan campuran di dalam mendanai kegiatan bisnisnya. Pembelanjaan campuran (financing mix) adalah penggunaan pembelanjaan dengan mengkombinasikan antara pembelanjaan modal sendiri dan pembelanjaan hutang/kredit. Dengan pembelanjaan campuran, diharapkan perusahaan dapat menghasilkan laba dengan cara yang efektif.
Pertimbangan di dalam memilih penggunaan pembelanjaan campuran adalah dengan melihat faktor kemampulabaan (return on equity) dan risiko serta keamanan.
Risiko dan Kemampulabaan (Return on Equity)
Tujuan untuk menentukan biaya penggunaan modal adalah dalam rangka penentuan investasi yang terbaik. Kalau berinvestasi menggunakan modal sendiri, maka cut off rate-nya adalah biaya modal sendiri. Kemampulabaan atau Return on Equity (ROE) adalah merupakan tingkat pengembalian perusahaan bisnis terhadap investasi yang diberikan oleh para kreditor. Sedangkan risiko adalah: tingkat perbedaan antara nilai yang diharapkan (expected value), dengan nilai yang sebenarnya akan diterima (actual value) di masa depan.
Tingkat pengembalian investasi adalah balas jasa dari risiko. Artinya semakin besar risiko suatu proyek, maka akan semakin besar pula ROE yang diharapkan akan diterima di masa depan. Sebaliknya, semakin kecil risiko suatu proyek, akan semakin rendah pula tingkat ROE yang diharapkan akan diterima. Van Horne (2005) untuk menganalisis risiko biasanya dilakukan dengan mengukur secara operasional suatu standar deviasi. Standar deviasi adalah: ukuran lebar dispersi titik tengah distribusi probabilitas.

Risiko yang muncul dari kegiatan pendanaan adalah risiko ekonomi (economic risk), dan risiko keuangan (financial risk). Risiko ekonomi berhubungan dengan faktor permintaan dan factor penawaran. Risiko keuangan berkaitan erat dengan penggunaan kredit untuk aktivitas pembiayaan itu sendiri, yang sering digambarkan dengan tingkat bunga dan keamanan pembayaran kembali (repayment).

Keamanan
Setiap penanam modal/investor tentunya menanamkan modalnya, dengan tujuan ingin memperoleh kompensasi tambahan lebih dari modal yang akan ia tanamkan pada suatu
perusahaan. Namun, meskipun demikian, kompensasi atau tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor di masa depan, tentunya tidak selamanya akan sesuai dengan harapan si
pemegang saham. Sebab masa depan penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu tingkat keamanan dari perusahaan yang dapat digambarkan dari laporan
keuangan dan analisis pengembalian modal dari perusahaan yang bersangkutan. Keterkaitan antara keamanan dengan analisis keuangan, terutama kegiatan pembelanjaan campuran, yaitu: semakin lama jangka waktu (validitas) jatuh tempo suatu dana yang digunakan dalam aktivitas pendanaan perusahaan, maka akan semakin aman pula aktivitas pendanaan tersebut digunakan untuk membiayai proyek. Sehingga dapat kita simpulkan, dana yang paling aman digunakan untuk membelanjai aktiva adalah dari modal sendiri. Sebab modal sendiri dapat digunakan untuk
membiayai proyek selama umur proyek, artinya dana modal sendiri memiliki probabilitas pembayaran kompensasi nilai lebih besar dibandingkan dengan hutang/kredit. Dan dana yang paling tidak aman untuk diinvestasikan adalah yang bersumber dari hutang lancar, karena hutang lancar akan dilunasi dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.

Biaya Modal (Cost of Capital)
Setiap modal yang ditanamkan atau diinvestasikan, akan mengeluarkan biaya modal (cost of capital) tersendiri. Biaya modal tersebut maksudnya adalah: biaya yang harus dikeluarkan setelah adanya penanaman modal, misalnya keharusan adanya pembayaran dividen bagi pemegang saham. Biaya modal hutang jangka panjang mengurangi besarnya pajak pendapatan. Biaya hutang jangka pendek akan dibayar sebelum perhitungan pajak pendapatan, sehingga tidak berpengaruh terhadap perhitungan pajak pandapatan. Sebaliknya, perhitungan biaya modal dari modal sendiri baik dividen saham preferen, maupun saham biasa diperhitungkan setelah perhitungan pajak pendapatan. Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual tersebut dihitung satu per satu untuk tiap jenis modal. Namun, apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital disingkat WACC) dari seluruh modal yang digunakan. Konsep biaya modal erat kaitannya dengan dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi investor dan perusahaan.

Aliran Kas (Cash Flow)
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Rincian pengeluaran dan penerimaan kas di dalam laporan arus kas dapat dibedakan menjadi tiga aktivitas, antara lain:
1. Aktivitas Operasi (Operating Activities)
Aktivitas ini meliputi segala aktivitas bisnis perusahaan yang berhubungan baik secara langsung, maupun tidak langsung dengan kegiatan operasional pokok atau yang utama dari perusahaan, yaitu dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih.
2. Aktivitas Investasi (Investing Activities)
Aktivitas ini meliputi segala kegiatan yang berhubungan dengan harta (assets) yang terdapat pada neraca.
3. Aktivitas Pembiayaan (Financing Activities)
Aktivitas ini akan memiliki kaitan dengan segala transaksi atau proses aktivitas bisnis suatu perusahaan yang mempengaruhi pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Para investor biasanya terlebih dahulu akan memperhatikan laporan arus kas dibandingkan laporan laba rugi (income
statement). Hal ini dikarenakan kas adalah tergolong harta lancer yang tingkat likuiditasnya paling tinggi di antara semua harta lancar. Karena tingkat likuiditasnya paling tinggi, maka kas
tersebut dapat dengan segera melunasi segala kewajiban yang ada pada perusahaan terhadap investor. Dengan kata lain, dalam keadaan yang paling buruk, sejauhmana perusahaan dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya dapat melunasi kewajibannya, dapat diukur dengan seberapa besar nilai kas yang ada pada laporan arus kas-nya.
8.5. Pemilihan Investasi
Dalam bisnis kategori pemilihan investasi didasarkan pada replacement (mengganti peralatan yang telah rusak/boros) dan expansion (ekspansi untuk produk yang sudah ada atau produk
yang berbeda). Beberapa metode yang dapat dilakukan di dalam penilaian investasi akan dipaparkan dalam bagian ini. Metode-metode yang akan dikemukakan ini adalah metode-metode yang secara umum digunakan di dalam Laporan Studi Kelayakan Bisnis.

Metode-Metode Evaluasi Proyek
Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang paling penting di antara ketiga keputusan jangka panjang yang diambil manajer keuangan. Disebut penting, karena selain penanaman modal pada bidang usaha yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan tersebut mengandung risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai perusahaan.
Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya usulan investasi (proposal investasi).
2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.
3. Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode penilaian kelayakan investasi.
4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.
Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode konvensional dan metode nonkonvensional (discounted cash flow). Dalam metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tiga macam tolok ukur profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV),
Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR).
1. Metode Payback Period (PP)
Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flownya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh perusahaan.
Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek berbeda jumlahnya setiap tahun:
Payback Period n a b 1 tahun
c b
di mana:
n = tahun terakhir di mana arus kas masih belum bisa menutupi initial investment
a = jumlah initial investment
b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n+1

Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek sama jumlahnya setiap tahun:

Payback Period Initial Investment 1 tahun Cash Flow
Metode payback period merupakan metode penilaian investasi yang sangat sederhana perhitungannya, sehingga banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu:
a) Tidak memperhatikan nilai waktu uang.
b) Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana investasi tercapai.
c) Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.
Meskipun metode payback period memiliki beberapa kelemahan, namun metode ini masih terus digunakan secara intensif dalam membuat keputusan investasi, tetapi metode ini tidak digunakan sebagai alat utama melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan risiko investasi.
Keunggulan metode payback period adalah sebagai berikut:
a) Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.
b) Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.
c) Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin rendah risiko kerugian.
Contoh:
1. Besarnya suatu project 250 juta, penerimaan investasi 50 juta/tahun, maka payback period project adalah 5 tahun.
2. Berapa lama suatu investasi akan kembali, jika dana yang di investasikan sebesar 650 juta dan penerimaan investasi per tahun sebesar 150 juta.
0 1 2 3 4 5 6 7 8
(650) 150 150 150 150 150 150 150 150
Payback period sebesar 4,33 tahun
Jika perusahaan merencanakan pengembalian investasi selama 5 tahun, maka project diterima.
2. Metode Net Present Value (NPV)
Secara umum ada anggapan bahwa metode net present value merupakan kriteria seleksi kuantitatif yang paling baik sehingga paling sering digunakan untuk menilai kelayakan suatu
usulan investasi. Namun ada kalanya perusahaan dalam proses pembuatan keputusan investasi tidak hanya menggunakan metode net present value tetapi juga menggunakan metodemetode lainnya secara bersama-sama.
Metode ini adalah metode yang mengurangkan nilai sekarang dari uang dengan aliran kas bersih operasional atas investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan initial cash flow (initial investment). Secara matematik rumus untuk menghitung Net Present
Value (NPV) dapat dituliskan sebagai berikut:
n t
t 1 t
NPV COF
1 k
CIF
di mana:
CIF = cash inflow pada waktu t yang dihasilkan suatu investasi
k = biaya modal
COF = initial cash outflow
n = usia investasi
Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk (cash inflow) yang digunakan dalam menghitung net present value (nilai sekarang bersih) adalah arus kas masuk yang didiskontokan atas dasar discount rate tertentu (biaya modal, opportunity cost, tingkat bunga yang berlaku umum). Selisih antara present value penerimaan kas dengan present value pengeluaran kas dinamakan Net Present Value.
Kriteria keputusan:
�� Jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima.
�� Jika NPV bertanda negatif (NPV < 0), maka rencana investasi ditolak.
Keunggulan metode NPV Kelemahan metode NPV
a) Memperhitungkan nilai waktu dari uang.
b) Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.
c) Memperhitungkan nilai sisa proyek.
a) Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek.
b) Jika proyek memiliki nilai invetasi inisial yang berbeda, serta usia ekonomis yang juga berbeda, maka NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang lebih baik.
c) Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek.
Contoh:
Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan proyek A dan B, tiap proyek memerlukan investasi sebesar Rp 50.000.000,- biaya modal proyek itu adalah 10%. Cash flow investasi proyek A dan B sebagai berikut:
Tahun Proyek A
(dalam ribuan)
Proyek B
0 Rp (50. 000) Rp (50. 000)
1 25.000 8.000
2 15.000 16.000
3 12.000 18.000
4 8.000 25.000
Hitung NPV tiap-tiap project?
Proyek A
NPV = -50.000 + 25.000 + 15.000 + 12.000 + 8.000
(1+0.1)¹ (1+0.1)² (1+0.1)³ (1+0.1)4
NPV = - 50.000 + 25.000 (0.9091) + 15.000 (0.8264) + 12.000
(0.7513) + 8.000 (0.6830)
NPV = - 50.000 + 22.727 + 12.396 + 9.015 + 5464
= -398
Proyek B
NPV = -50.000 + 7.272 + 13.222 + 13.523 + 17.075
= 1.092
Jika NPV positif, usulan proyek investasi dinyatakan layak, sedangkan jika NPV negatif dinyatakan tidak layak. jika NPV = 0 maka nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.

3. Metode Discount Payback Period
Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari metode payback period, yaitu tidak memperhatikan nilai waktu uang, maka dicoba untuk memperbaiki metode tersebut dengan cara mempresent-valuekan arus kas masuk (cash inflow) dari rencana investasi tersebut kemudian baru dihitung payback period-nya. Dengan demikian arus kas yang dipakai adalah arus kas yang telah didiskontokan atas dasar cost of capital/interest rate/required rate of return atau opportunity cost.
Contoh:
misalkan sebuah perusahaan ingin membiayai sebuah proyek. Total investasi sebuah proyek sebesar Rp 1,1 Milyar, tingkat pengembalian dilihat dari data-data di bawah ini:
Tahun
(A)
Arus Kas bersih
(B)
DF (20%)
(C)
PV Arus Kas Bersih
(D) = (B x C)
1
2
3
4
5
6
400.000.000
450.000.000
425.000.000
500.000.000
525.000.000
400.000.000
0,833
0,694
0,579
0,482
0,402
0,335
333.200.000
312.300.000
246.075.000
241.000.000
211.050.000
134.000.000

Total Investasi Rp 1. 100.000.000
PV Arus Kas Bersih tahun 1 Rp 333.200.000
PV Arus Kas Bersih tahun 2 Rp 312.300.000
PV Arus Kas Bersih tahun 3 Rp 246.075.000 +
Total PV Arus Kas Bersih Rp 891.575.000 -
Kekurangan Rp 209.425.000
209.425.000 x 12 bulan = 10, 42
241.000.000
Payback period investasi adalah 3 tahun, 10, bulan 12 hari

4. Metode Internal Rate of Return
IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari suatu benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital seperti terlihat dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar opportunity cost pada hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai alternatif terbaik untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya.
Cara 1. Secara matematik rumus internal rate of return (IRR)
dapat dituliskan sebagai berikut:
�� ��
n t
t 1 t
COF
1 IRR
CIF

Contoh:
Diketahui initial investment = 20 juta
Procedd tahunan = 6 juta selama 4 tahun,
Tingkat bunga 14%
Ditanya IRR:
Jawab:
PVIFA 4 tahun, 14% = 2,9137
Maka 2,9137 X Rp 6 Juta = 17,48 Juta
Investasi........................... = 20,00 Juta
NPV= -2.52 Juta
Keputuan:
Investasi tak dapat diterima. Kriteria penilaian yang dilakukan adalah: jika IRR yang diperoleh
ternyata memiliki nilai lebih besar dari rate of return yang ditentukan, maka investasi dapat diterima.
Cara 2. Secara trial dan error
Menggunakan rumus:
IRR = Dr1 – Dr2 - Dr1 X NPV1
NPV2 - NPV1
Keterangan:
Dr1 = Tingkat bunga ke-1
Dr2 = Tingkat bunga ke-2
NPV1 = NPV yang dihitung berdasarkan Dr1
NPV2 = NPV yang dihitung berdasarkan Dr2
Contoh:
Sebuah proyek membutuhkan investasi sebesar 5.000.000,- dan mempunyai perkiraan cash inflow untuk tahun 1 = 2.500.000, tahun 2 = 2.000.000,-, tahun 3 = 1.800.000,-, dan tahun 4 sebesar 1.200.000,-, hitung IRR dengan tingkat bunga 12% – 15%.
Jawab:
Tahun Cash Inflow Tingkat Bunga 12% Tingkat Bunga 15%
DF PV DF PV
1 2.500.000 0.8929 2.232.250 0.8696 2.174.000
2 2.000.000 0.7972 1.944.000 0.7561 1.512.200
3 1.800.000 0.7118 1.281.240 0.6575 1.183.500
4 1.200.000 0.6355 762. 600 0.5718 686.160
PV of CI = 6.220.090
C0 = 5.000.000
NPV1 = 1. 220.090
PV of CI = 5.755.860
C0 = 5.000.000
NPV2 = 755.860
IRR = Dr1 – Dr2 - Dr1 X NPV1
NPV2 - NPV1
= 0.12 - (0.03/ -464.230) 1. 220.090
= 0.12 – (-0.078)
= 0.198 = 19,8%
Keputusan, jika diketahui COC sebesar 12-15% maka investasi dapat dilaksanakan.
5. Modified Internal Rate of Return (MIRR)
IRR adalah suatu tingkat diskonto yang menyebabkan present value biaya (cash outflow) sama dengan present value nilai terminal, di mana nilai terminal adalah future value dari arus kas masuk (cash inflow) yang digandakan dengan biaya modal. MIRR memiliki kelebihan dibandingkan IRR karena MIRR mengasumsikan arus kas dari proyek diinvestasikan kembali (digandakan) dengan menggunakan biaya modal. Selain itu MIRR juga dapat menghindari masalah “multiple IRR” yang terjadi pada metode IRR.
Rumus untuk menghitung MIRR adalah:
�� ��n
PV Biaya Nilai Termin al
1 MIRR
��
��
�� ��
�� ��
n n t
t
t 1
n
CIF 1 i
PV Biaya
1 MIRR
��
��
�� ��
��
��
6. Metode Profitability Index (PI)
Profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.
Rumus:
PVkaskeluar
PI �� PVkasmasuk
Kriteria penilaian PI adalah: jika nilai PI lebih besar dari 1, usulan proyek dinyatakan layak, sebaliknya jika PI lebih kecil dari 1 usulan proyek dinyatakan tidak layak.
Contoh:
Perusahaan XYZ dihadapkan pada pilihan proyek A dan B. Proyek A biaya investasinya sebesar 50 juta dan proyek B biaya investasinya sebesar 60 juta. Proceeds yang diperoleh proyek A selama 10 tahun adalah 8 juta dan 12 juta untuk proyek B. Manakah yang dipilih jika tingkat suku bunga 15%?
PI A = PVIFA 10 tahun, 15% X 8.000.000
50.000.000
= 5.0188 X 8.000.000 = 0.803
50.000.000
PI B = PVIFB 10 tahun, 15% X 12.000.000
50.000.000
= 5.0188 X 12.000.000 = 1.00376
50.000.000
Investasi B dinyatakan layak karena lebih besar dari 1

8.6. Menganalisis Laporan Keuangan
Seorang pebisnis yang ingin menanamkan investasinya atau menyertakan modalnya pada perusahaan lain tentu membutuhkan informasi-informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan tersebut. Salah satu cara adalah dengan melihat laporan keuangan, karena memberikan informasi lengkap mengenai aktivitas perusahaan tersebut.
Laporan keuangan adalah laporan yang memberikan gambaran akuntansi atas operasi serta posisi keuangan perusahaan. Financial statements terdiri atas:
1) Laporan Laba/Rugi (Income Statement), yang berisi laporan sistematis tentang pendapatan-pendapatan/revenues dan biaya-biaya/expenses perusahaan selama satu periode tertentu.
Contoh:
LAPORAN LABA RUGI
[Nama Perusahaan]
TAHUN 2008
A. HASIL PENJUALAN
Penjualan
Sub Total Hasil Penjualan
B. HARGA POKOK PENJUALAN
Bahan Baku
Bahan Pembantu
Upah Buruh Produksi
Transport (Pengiriman Produk)
Biaya Lain-Lain
Sub Total HPP
C. BEBAN TETAP
Gaji Pimpinan
Gaji Staf Administrasi dan Umum
Biaya Pemeliharaan
Penyusutan
Sub Total Beban Tetap
D. BEBAN ADMINISTRASI
Biaya Pemasaran
Alat Tulis Kantor
Listrik, Air, Telepon
Biaya Lain-Lain
Sub Total Beban Administrasi
E. TOTAL (B + C + D)
F. Laba Sebelum Pajak (A - E)
G. Pajak
H. Laba Bersih (F - G)

2) Laporan Arus Kas (Statements of Cash Flows), laporan arus kas berupa laporan atas dampak kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode tertentu.
Penggunaan laporan arus kas:
a) Pembuatan laporan sumber dari penggunaan dana/kas:
Sumber:
(1) Setiap kenaikan dalam prakiraan utang atau modal sendiri, seperti peminjaman dari bank;
(2) Setiap penurunan dalam perkiraan aktiva, seperti menjual aktiva tetap.
Penggunaan:
(1) Setiap penurunan dalam perkiraan utang atau modal sendiri, seperti melunasi pinjaman;
(2) Setiap kenaikan dalam perkiraan aktiva, seperti membeli aktiva tetap.

Laporan sumber dan penggunaan dana/kas.
LAPORAN ARUS KAS
[Nama Perusahaan]
TAHUN 2008
DES.
2006
JAN.
2007
FEB.
2007
A. PENERIMAAN
Penerimaan Penjualan
Penerimaan Pinjaman
Sub Total Penerimaan
B. PENGELUARAN
Pembelian Aset (Investasi)
Pembelian Bahan Baku
Pembelian Bahan Pembantu
Upah Buruh Produksi
Transport (Pengiriman Produk)
Biaya Produksi Lain-Lain
Gaji Pimpinan
Gaji Staf Administrasi dan Umum
Biaya Pemeliharaan
Beban Pemasaran
Alat Tulis Kantor
Listrik, Air, Telepon
Beban Administrasi Lain-Lain
Angsuran Pokok
Biaya Bunga
Biaya Pajak
Sub Total Pengeluaran
C. SELISIH KAS
D. SALDO KAS AWAL
E. SALDO KAS AKHIR

3). Laporan Tahunan (Annual Report), annual report adalah laporan yang disampaikan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Annual report terdiri atas:
1) Informasi verbal, yang berisi opini manajemen atas operasi tahun lalu dan prospek perusahaan di masa mendatang;
2) Informasi kuantitatif, yang berupa laporan keuangan/ financial statements.
[Nama Perusahaan]
TAHUN 2008
AKTIVA
A. AKTIVA LANCAR
Kas
Piutang
Persediaan
Bahan Baku
Bahan Pembantu
Barang Jadi
Jumlah Aktiva Lancar
B. AKTIVA TETAP
Tanah
Bangunan
Peralatan
Penyusutan
Lain-Lain
Jumlah Aktiva Lancar
JUMLAH AKTIVA (A + B)
PASIVA
C. HUTANG JANGKA PENDEK
Hutang Dagang
Hutang Jatuh Tempo
Lain-Lain
Jumlah Hutang Jangka Pendek
D. PINJAMAN JANGKA PENDEK
Pinjaman Jangka Panjang
Lain-Lain
Jumlah Pinjaman Jangka Panjang
E. MODAL
Modal Disetor
Laba Ditahan
Jumlah Modal
JUMLAH PASIVA (C + D + E)

Analisis Rasio Keuangan
Penganalisisan rasio keuangan ada beberapa cara, di antaranya:
1) Analisis horizontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasiorasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari raiso-rasio perusahaan selama kurung waktu tertentu.
2) Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama.
3) The du pont chart berupa bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara ROI, assets turnover, dan profit margin.

Rasio Likuiditas
Current ratio
Kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh aktiva lancar Rp. 2,50
Cash ratio (Ratio of immediate solvency)
Kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. Setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh kas dan efek Rp. 0,71
Quick (Acid test) ratio
Kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang
lebih likuid (quick assets). Setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh quick assets Rp. 1,-
Working capital to total assets ratio
Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto)
Rasio Leverage Total debt to Equity ratio
Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Rp. 0,63 dari setiap rupiah 1 sendiri menjadi jaminan hutang.
Total debt to total capital Assets
Berapa bagian dari keseluruhan kabutuhan dana yang dibelanjai dengan hutang atau Berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Rp. 0,39 dari setiap rupiah aktiva digunakan untuk menjamin hutang.
Long term debt to Equity ratio
Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rp. 0,33 dari setiap rupiah modal sendiri digunakan untuk menjamin Hutang jangka panjang.
Tangible assets debt coverage
Besarnya aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang setiap rupiahnya. Setiap rupiah hutang jangka panjang dijamin oleh aktiva tangible sebesar Rp. 3,90
Times interest earned ratio
Besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga hutang jangka panjang. Setiap rupiah bunga hutang jangka panjang dijamin oleh EBIT sebesar Rp. 14,3
Rasio Aktivitas Total Assets Turnover
Kemampuan Dana yang tertanam dalam keseluruhan aktivaberputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan 'revenue'. Dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun berputar 1,33 X atau setiap rupiah aktiva selama setahun dapat menghasilkan revenue sebesar 1,33 X


Recievables turnover
Kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu. Dalam satu tahun rata-rata dana tertanam dalam piutang berputar 25 X

Average Collection Periode
Periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Piutang dikumpulkan ratarata setiap 15 hari sekali. Makin kecil/makin sedikit jumlah hari, ACP-nya makin baik

Inventory Turnover
Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya 'overstock'. Dana yang tertanam dalam inventory berputar rata-rata 3,6 X dalam setahun

Average day's inventory
Periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang di gudang

Working Capital Turnover
Kemampuan modal kerja (netto) berputar dalam suatu perisklis kas (cash cycle) dari perusahaan. Dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 4,8 x dalam setahunnya.

IV. Rasio Keuntungan
Gross profit margin
Laba bruto per rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,25,-

Operating income ratio (Operating profit margin)
Laba operasi sebelum bunga dan pajak (net operating income) yang dihasilkan oleh setiap rupiah
penjualan. Setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasi Rp. 0,11

Operating ratio
Biaya Operasi per rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan mempunyai biaya operasi Rp. 0,89,- Makin besar rasio, berarti makin buruk

Net profit margin (sales margin)
Keuntungan netto per rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan netto sebesar Rp. 0.06,-

Analisis Keuangan Sistem Du Pont
Sistem analisis yang dirancang untuk menunjukkan hubungan antara return on investment, assets turnover, dan profit margins.

Du Pont Chart Return on investment

Net profit margin
Asset turnover Dikali Dengan Penjualan Laba setelah pajak Dibagi dengan Penjualan Laba setelah pajak Dibagi dengan Total biaya Dikurangkan dari Penjualan Aktiva tetap
Harta lancer HPP Depresiasi Pajak Biaya operasi Bunga Kurang pendapatan lain-lain Kas Surat berharga Piutang Persediaan