Sunday, October 31, 2010

Faktor Penghambat dan Pendukung Pembangunan Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Usaha-usaha pembangunan yang banyak dilakukan negara sedang berkembang dalam pelaksanaannya banyak mengalami kegagalan dalam memecahkan masalah-masalah pembangunan, misalnya masalah kemiskinan dan kepincangan distribusi pendapatan. Kegagalan-kegagalan tersebut menimbulkan dorongan bagi para ilmuwan, terutama para ekonom, untuk memperoleh pengetahuan mereka mengenai masalah yang mempengaruhi sebagian besar umat manusia di bumi ini. Sejak itu aspek-aspek yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi telah menjadi titik pusat perhatian yang banyak dan sering dibahas para ekonom dan melahirkan cabang ilmu pengetahuan baru yang disebut ekonomi pembangunan. Ada pengertian dari ekonomi pembangunan itu sendiri adalah :
“Suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang sedang dihadapi negara sedang berkembang dan mencari cara-cara untuk mengatasi masalah itu agar negara-negara tersebut dapat membangun ekonominya lebih cepat lagi”.
Di lain pihak, negara Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan, memberikan arah bagi pembangunan negaranya melalui perencanaan-perencanaan pembangunan yang bersifat menyeluruh, terpadu dan terus menerus sebagaimana tertuang di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Dan rencana-rencana pembangunan jangka panjang dan pendek lainnya.
Untuk melaksanakan pembangunan banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, antara lain faktor sumber daya manusia dan faktor lainnya. Dan juga dalam pembangunan pasti terdapat juga faktor


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul “Faktor Penghambat dan Pendukung Pembangunan Indonesia” ,yaitu sebagai berikut.
a)      Faktor apakah yang menghambat pembangunan Indonesia?
b)      Faktor apakah yang mendukung pembangunan Indonesia?
c)      Dari faktor tersebut apa solusi untuk pembangunan indonesia?

1.3. Tujuan  Penelitian
            Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam        
penelitian ini adalah:
a)      Untuk mengetahui factor penghambat pembanguan.
b)      Untuk mengetahui factor pendukung pembangunan.
c)      Untuk mengetahui solusi pembangunan indonesia

1.4  Manfaat Penelitian
1  Manfaat Penulis
Makalah memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan penulis mengenai Indonesia dan dapat menerapkannya

      2.Manfaat Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca  mengenai kondisi dan permasalahan pembangunan republik Indonesia







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Republik Indonesia
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau,.Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006,Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung.

Ibu kota                                   Jakarta
Bahasa resmi                            Bahasa Indonesia         
Pemerintahan                            Republik presidensial   
 -          Presiden                       Susilo Bambang Yudhoyono    
 -          Wakil Presiden Boediono        
 -          Ketua MPR                  Taufik Kiemas 
 -          Ketua DPR                  Marzuki Alie    
 -          Ketua DPD                  Irman Gusman 
Kemerdekaan   dari Belanda    
 -          Diproklamasikan           17 Agustus 1945         
 -          Diakui (sebagai RIS)     27 Desember 1949      
 -          Kembali ke RI              17 Agustus 1950         
Luas    
 -          Total                            1,904,569 km2            
 -          Air (%)             4,85% 
Penduduk        
 -          Perkiraan 19 Juni 2009 230.472.833   
 -          Kepadatan                               134/km2
PDB (KKB) Perkiraan 2009   
 -          Total                                        Rp. 8,576 triliun (AS$ 909 miliar)        
 -          Per kapita                                 Rp. 37,538 juta (AS$ 3,979)   
PDB (nominal) Perkiraan 2009
 -          Total                                        Rp. 4,821 triliu n(AS$ 511 miliar)        
 -          Per kapita                                 Rp. 21.113 juta (AS$ 2,238)   
IPM (2006)                                         0.734 (menengah)        
Mata uang                                            Rupiah (Rp) (IDR)       

2.2 Komoditi Ekspor,Komoditi Impor,Sumber-sumber GNP
Komoditi ekspor, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.
 Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan selama Januari-Desember 2008 nilai ekspor sebesar US$136,76 miliar meningkat sebesar 19,86 persen,dibanding ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai sebesar US$107,8 miliar atau meningkat 17,16 persen.
Sejak Juni 2008, market share ekspor migas mulai mengalami penurunan, sedangkan untuk non migas sebaliknya. Secara kumulatif ekspor selama lima tahun terakhir menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, dan sampai dengan Desember 2008 net ekspor masih positif, walaupun semakin menipis. Penurunan ekspor migas lebih disebabkan menurunnya harga migas di pasar internasional. Sedangkan menipisnya net ekspor juga disebabkan menurunnya harga komoditas dan diiringi penurunan permintaan internasional terhadap produk ekspor Indonesia sebagai dampak melemahnya perekonomian di triwulan terakhir 2008.
Amerika Serikat selama ini tercatat sebagai negara tujuan ekspor kedua setelah Jepang. Pangsa ekspor non migas Indonesia ke Jepang sebesar 12,46%, disusul Amerika Serikat (11,40%), Singapura (9,60%), China (8,53%) dan India (6,24%). Negara lain yang menjadi tujuan ekspor utama produk non migas Indonesia adalah Malaysia (6,17%), Korea (4,54%) dan Belanda (3,24%). Dengan pangsa pasar 11% tersebut diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia khususnya untuk produk yang pasar utamanya ke Amerika Serikat.
Jika dilihat dari sektoral, pada 2008 kontribusi ekspor produk industri mencapai sebesar 64,38 persen, tambang 10,84 persen, pertanian 3,61 persen, dan sisanya merupakan kontribusi dari migas. Dimana apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 34,98 persen, pertambangan dan lainnya 24,62 persen, serta industri sebesar 15,15 persen.
Komoditi Impor pada 2008 nilainya mencapai US$128,79 miliar dengan komposisi impor migas sebesar US$30,47 miliar (23,66 persen) dan impor nonmigas sebesar US$98,32 miliar (76,34 persen)Pada 2008, golongan mesin/pesawat mekanik memberikan kontribusi sebesar 18,18 persen terhadap total impor nonmigas. Mesin dan peralatan listrik berada dibawahnya dengan kontribusi sebesar 14,97 persen, sedangkan pada posisi ketiga besi dan baja sebesar 8,43 persen.
Ditinjau menurut negara asal, dari total impor nonmigas 2008 sebesar US$98,32 miliar sekitar 76,97 persen berasal dari kontribusi 12 negara utama. Kontribusi terbesar impor nonmigas sebesar US$ 14,96 miliar berasal dari Cina, diikuti Jepang dan Singapura masing-masing sebesar US$14,44 miliar dan US$11,07 miliar.
Komponen impor menurut penggunaan barang yang terbesar selama Januari-Desember 2008 berasal dari bahan baku/penolong sebesar US$99,11 miliar atau 76,95 persen, barang modal US$21,28 miliar dan barang konsumsi sebesar US$8,41 miliar. Sementara itu pada Desember 2008 bahan baku/penolong dan konsumsi mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya masing-masing US$1,36 miliar dan US$0,10 miliar, sedangkan untuk barang modal meningkat US$0,44 miliar.
Sumber PDB adalah Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.

2.3 Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Struktur ekonomi ada tiga yaitu agraris, industrial, dan jasa-jasa.Patokan yang menentukan suatu struktur ekonomi :
Jumlah penduduk yang berkecimpung dalam bidang tertentu (mata pencaharian). Apabila lebih dari 50% sebagian besar penduduk berkecimpung di bidang agraris maka struktur ekonomi tersebut adalah struktur ekonomi agraris, begitu juga dengan industrial atau jasa. Berdasarkan hal itu struktur perekonomian Indonesia adalah struktur ekonomi agraris.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5 %.Tahun lalu melaju mulus di tengah bayang-bayang resesi perekonomian global. Sepanjang 2009, perekonomian nasional diproyeksi tumbuh 4,3 – 4,4 persen.

2.4  Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

2.5 Politik dan pemerintahan
Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
MPR pernah menjadi lembaga tertinggi negara unikameral, namun setelah amandemen ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi keanggotaannya juga berubah. MPR setelah amandemen UUD 1945, yaitu sejak 2004 menjelma menjadi lembaga bikameral yang terdiri dari 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah dengan 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur independen.Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik untuk masa jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan dan TNI/Polri. MPR saat ini diketuai oleh Taufik Kiemas. DPR saat ini diketuai oleh Marzuki Alie, sedangkan DPD saat ini diketuai oleh Irman Gusman.
Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen. Meskipun demikian, Presiden saat ini yakni Susilo Bambang Yudhoyono yang diusung oleh Partai Demokrat juga menunjuk sejumlah pemimpin Partai Politik untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa portofolio partai (berasal dari seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya).
Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.
Indonesia saat ini terdiri dari 33 provinsi, lima di antaranya memiliki status yang berbeda. Provinsi dibagi menjadi kabupaten dan kota yang dibagi lagi menjadi kecamatan dan lagi menjadi kelurahan, desa, gampong, kampung, nagari, pekon, atau istilah lain yang diakomodasi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tiap provinsi memiliki DPRD Provinsi dan gubernur; sementara kabupaten memiliki DPRD Kabupaten dan bupati; kemudian kota memiliki DPRD Kota dan walikota; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu dan Pilkada. Bagaimanapun di Jakarta tidak terdapat DPR Kabupaten atau Kota, karena Kabupaten Administrasi dan Kota Administrasi di Jakarta bukanlah daerah otonom.

2.6 Sumber daya alam Indonesia
Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan terdiri dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970 km
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.
Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh korupsi yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007.

 Tabel
Peringkat internasional
Heritage Foundation/The Wall Street Journal          

Indeks Kebebasan Ekonomi           110 dari 157   
Indeks Kualitas Hidup                    71 dari 111
Indeks Kebebasan Pers                  103 dari 168   
Indeks Persepsi Korupsi                 143 dari 179
Indeks Pembangunan Manusia        108 dari 177

2.7 Sistem Ekonomi Indonesia
Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.
Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang hutang luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing. Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali,selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997. tanggal 21 Mei 1998 Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley, yang dipanggil "Mafia Berkeley".Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.
Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut. Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam mempengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.

2.8 Demografi
Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.130 juta (lebih dari 50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus pulau dimana ibukota Jakarta berada.Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah Bangsa Austronesia, dan terdapat juga kelompok-kelompok suku Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda, Madura, Batak, dan Minangkabau.
      Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas diantaranya adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad ke 8 M dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000 pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya.
Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.
Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu, namun bahasa resmi negara, yaitu bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.
Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu.












                                                            BAB III
    PEMBAHASAN

3.1 Faktor yang mempengaruhi pembangunan
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara.Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
                  Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
            Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
      Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku

3.2 Faktor Penghambat Pembangunan Indonesia
           a.Sumber daya manusia
            SDM yang berkualitas rendah dan juga keahlian dan kewirausahaan yang rendah menghambat pembangunan.Hal itu dapat menyebabkan produktivitas manusia rendah padahal sdm berkualitas sangat penting dan  dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi). Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada

b.Sumber Daya Modal (investasi)
Investasi di Indonesia masih rendah padahal modal sangat dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.Investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi tersebut, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya, dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi.
Penyebab perlambatan investasi
1. Prosedur perijinan investasi yang panjang dan mahal
     Prosedur yang panjang dan berbelit mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang dapat menghilangkan peluang usaha yang seharusnya dimanfaatkan, baik untuk kepentingan perusahaan, kepentingan nasional, maupun kepentingan daerah dalam rangka menciptakan lapangan kerja.
                 2. Rendahnya kepastian hukum
     Kepastian hukum merupakan landasan bagi investor dalam perencanaan investasi dan operasional. Namun demikian kepastian hukum masih belum memadai, hal ini tercermin dari:
                 a. Lambatnya perumusan peraturan dan perundangan;
                 b. Lemahnya penegakan hukum;
c. Banyaknya tumpang tindih kebijakan antar pusat dan daerah dan antar sektor; kesimpangsiuran pemahaman kewenangan dan keragaman kebijakan investasi antara pemerintah pusat dan daerah serta antardaerah;
                 3. Kurang menariknya insentif investasi.
     Dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia relatif tertinggal dalam memberikan insentif investasi, antara lain insentif perpajakan, kemudahan perijinan dan pengadaan tanah/penyediaan lahan untuk menarik penanaman modal di Indonesia.
                 4. Kualitas SDM kurang memadai
     Kemampuan SDM yang relatif rendah belum mampu mendukung pengembangan manufaktur yang berbasis teknologi tinggi dan potensi daerah.
                 5. Terbatasnya kapasitas infrastruktur.
     Kurang bergairahnya iklim investasi disebabkan oleh dukungan infrastruktur yang belum memadai.
                 6. Kurang terjaminnya Keamanan
                 Jaminan keamanan yang kurang kondusif berpengaruh terhadap iklim
                 investasi.
                 7. Data dan informasi belum memadai
     Belum memadainya ketersediaan data dan informasi yang akurat dalam mendukung penataan ruang untuk investasi

           c.Teknologi Yang Masih Rendah
     Penggunaan teknologi yang rendah menyebabkan ketidakefesien dan produktifitas yang rendah.Secara umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi teknologi yang digunakan maka makin besar kemampuannya untuk memperbesar tingkat produksi dan mempercepat pembangunan ekonomi.Jadi dapat dikatakan salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk membangun suatu perekonomian adalah dengan mengembangkan pemakaian teknologi yang modern atau tepat guna

           d Perkembangan Penduduk
             Jumlah penduduk yang besar tapi tidak berkualitas karena tidak disertai pendidikan terjadilah masyarakat yang tidak produktif dapat menjadi beban bagi pembanguan.di dasari bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat akan memicu pengangguran di masa akan dating dan produktifitas masyarakat rendah.Hal ini akan menurunkan tingkat pendapatan perkapita

           e Birokrasi Buruk
Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh korupsi yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007.
Birokrasi Indonesia terkenal rumit dan berbelat-belit,perijinan usaha yang panjang dan mahal.Prosedur yang panjang dan berbelit mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang dapat menghilangkan peluang usaha yang seharusnya dimanfaatkan, baik untuk kepentingan perusahaan, kepentingan nasional, maupun kepentingan daerah dalam rangka menciptakan lapangan kerja.
                
4.3 Faktor Pendukung Pembangun Indonesia
           1.Sumber Daya Alam
Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel,  kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan terdiri dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970 km
            Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.Sumber daya alam Indonesia yang kaya meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, yang mana hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi.Indonesia juga memiliki pemandangan alam yang indah dan objek-objek wisata yang menjual yang mana jika dikelola dengan baik dapat menjadi aset pembangunan
           2. Sumber Daya Manusia
            Penduduk yang besar pada satu sisi dapat memdorong pembangunan  karena,pertama,perkembangan itu memungkinkan pertambahan tenaga kerja dari masa kemasa.Selanjutnya jika pertambahaan penduduk disertai pemberian pendidikan dapat dimungkinkan Indonesia memperoleh bukan saja tenaga kerja yang ahli tapi juga terampil,terdidik,dan entrepreneur yang berpendidikan
            Dorongan lain yang timbul adalah perluasan pasar,Indonesia memiliki pasar yang luas .Luas pasar barang-barang dan jasa ditentukan oleh dua factor,yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk.Maka apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar akan bertambah.Karena peranannya ini,maka perkembangan penduduk akan merupakan peangsang bagi sector produksi untuk meningkatkan kegiatannya.Dan akhirnya,pertambahan penduduk dapat menciptakan dorongan untuk mengembangkan teknologi dan akhirnya meningkatkan produktivitas

4.4 Solusi Bagi Percepatan Pembangunan Indonesia
Yang paling mendasar untuk melakukan percepatan pembangunan ekonomi Indonesia adalah
1. Dengan mengatasi masalah kependudukan, yakni dengan mengendalikan pertumbuhan penduduk karena di dasari bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat akan memicu pengangguran di masa datang, jika tidak di imbangi dengan peningkatan kegiatan produksi.Atau di  pihak lain dengan memberikan dan mengarahkan pendidikan kearah yang lebih mendesak, dengan memperbanyak pusat-pusat pelatihan kerja, serta dengan memberikan kemudahan bagi pengelolaan sekolah-sekolah kejuruan. Harapannya agar kemampuan tenaga kerja Indonesia menjadi lebih siap dalam menyambut tantangan dunia kerja. Dan menjadi factor pendorong pembangunan bukan malah penghambat pembangunan

2.  Pendidikan yang berorientasi kerja,Membuka kesempatan dan lapangan kerja di daerah-daerah yang selama ini kurang berkembang ekonominya sehingga proses pemerataan kerja dapat terjadi yang mana selama ini terkonsentrasi dipulau jawa dan terjadi pemerataan


3.  Meningkatkan teknologi karena salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk membangun suatu perekonomian adalah dengan mengembangkan pemakaian teknologi yang modern atau tepat guna.Yang mana hal ini dapat meningkatkan produktivitas

4. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, Indonesia harus senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi.Meningkatkan investasi dengan mendatangkan investor dengan cara melakukan Reformasi birokrasi dan menciptakan pamerintahan yang bersiah jauh daru korupsi agar investor tertarik berinvestasi dan usaha pembangunan lancar










BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
            Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa factor penghambat perekonomian indonesia adalah
1.   Sumber daya manusia yang berkualitas rendah dan juga keahlian dan kewirausahaan yang rendah menghambat pembangunan.
2.   Kurangnya Sumber Daya Modal (investasi),Investasi di Indonesia masih rendah padahal modal sangat dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut.
3.   Teknologi Yang Masih Rendah,Penggunaan teknologi yang rendah menyebabkan ketidakefesien dan produktifitas yang rendah.,salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk membangun suatu perekonomian adalah dengan mengembangkan pemakaian teknologi yang modern atau tepat guna,
4.   Perkembangan Penduduk.Jumlah penduduk yang besar tapi tidak berkualitas karena tidak disertai pendidikan terjadilah masyarakat yang tidak produktif dapat menjadi beban bagi pembanguan.
5.   Birokrasi Buruk,Birokrasi Indonesia terkenal rumit dan berbelat-belit,perijinan usaha yang panjang dan mahal.Prosedur yang panjang dan berbelit mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang dapat menghilangkan peluang usaha
            Sedangkan factor pendukung pembangunan Indonesia adalah :
           1.Sumber Daya Alam Yang Kaya
Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel,  kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan terdiri dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970 km.Indonesia juga memiliki pemandangan alam yang indah dan objek-objek wisata yang menjual yang mana jika dikelola dengan baik dapat menjadi aset pembangunan
           2. Sumber Daya Manusia
            Penduduk yang besar pada satu sisi dapat memdorong pembangunan  karena,pertama,perkembangan itu memungkinkan pertambahan tenaga kerja dari masa kemasa.Selanjutnya jika pertambahaan penduduk disertai pemberian pendidikan dapat dimungkinkan Indonesia memperoleh bukan saja tenaga kerja yang ahli tapi juga terampil,terdidik,dan entrepreneur yang berpendidikan
            Untuk mengatasi permasalahan tersebut,maka perlu dilakukan beberapa langkah yaitu:
1. Dengan mengatasi masalah kependudukan, yakni dengan mengendalikan pertumbuhan Atau di  pihak lain dengan memberikan dan mengarahkan pendidikan kearah yang lebih mendesak, dengan memperbanyak pusat-pusat pelatihan kerja, serta dengan memberikan kemudahan bagi pengelolaan sekolah-sekolah kejuruan. Harapannya agar kemampuan tenaga kerja Indonesia menjadi lebih siap dalam menyambut tantangan dunia kerja. Dan menjadi factor pendorong pembangunan bukan malah penghambat pembangunan

2.Memberikan pendidikan yang berorientasi kerja,Membuka kesempatan dan lapangan kerja di daerah-daerah yang selama ini kurang berkembang ekonominya sehingga proses pemerataan kerja dapat

3.  Meningkatkan teknologi karena salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk membangun suatu perekonomian adalah dengan mengembangkan pemakaian teknologi yang modern atau tepat guna.

4. Reformasi birokrasi dan menciptakan good government,menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi.


5.2  Saran
          Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan pada point sebelumnya maka penulis sarankan bagi pembaca dan penulis sendiri untuk menciptakan kesadaran akan pentingnya pembangunan bagi kesejahteraan Indonesia dan berusaha sebaik mungkin untuk mendukung proses pembangunan ini.





















DAFTAR PUSTAKA
 Badan Pusat Statistik Indonesia (1 September 2006). Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005–2006 (PDF) (in Bahasa Indonesia). Rilis pers. URL diakses pada [[26 September 2006]].
 Tomascik, T; Mah, J.A., Nontji, A., Moosa, M.K. (1996). The Ecology of the Indonesian Seas - Part One. Hong Kong: Periplus Editions Ltd.. ISBN 962-593-078-7.
 Anshory, Irfan, "Asal Usul Nama Indonesia", Pikiran Rakyat, 16 Agustus 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.
 Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 119.
^ Logan, James Richardson (1850). "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 4, 252–347.; Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 254, 277–278.
^ a b Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage". Journal of the American Oriental Society 71 (3): 166–171. DOI:10.2307/595186.
^ Pope (1988). "Recent advances in far eastern paleoanthropology". Annual Review of Anthropology 17: 43–77. DOI:10.1146/annurev.an.17.100188.000355. cited in Whitten, T; Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A. (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. pp. 309–312.; Pope, G (15 Agustus, 1983). "Evidence on the Age of the Asian Hominidae". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 80 (16): 4,988–4992. DOI:10.1073/pnas.80.16.4988. cited in Whitten, T; Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A. (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. pp. 309.; de Vos, J.P., P.Y. Sondaar, (9 Desember 1994). "Dating hominid sites in Indonesia" (PDF). Science Magazine 266 (16): 4, 988–4992. DOI:10.1126/science.7992059. cited in Whitten, T; Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A. (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. pp. 309.
^ Taylor (2003), hal. 5–7
^ Taylor, Jean Gelman. Indonesia. New Haven and London: Yale University Press. pp. 8–9. ISBN 0-300-10518-5.
^ Taylor, Jean Gelman. Indonesia. New Haven and London: Yale University Press. pp. 15–18. ISBN 0-300-10518-5.
^ Taylor (2003), hal. 3, 9, 10–11, 13, 14–15, 18–20, 22–23; Vickers (2005), hal. 18–20, 60, 133–134
^ Taylor (2003), hal. 22–26; Ricklefs (1991), hal. 3




















Lamiran Foto